Thursday, August 6, 2020

Catatan kecil dari seorang Pasien yang sembuh dari Covid-19 (JRH)

Bersama Pak Akmal
Bersama Pak Akmal di depan Ruang Perawatan

Saya John (JRH), usia saya 44 tahun. Saya seorang ASN. Saya (855-JHRH) Alhamdulillah adalah salah satu dari sekian banyak pasien covid-19 yang sembuh dan dapat kembali berkumpul dengan keluarga saya setelah perawatan di RSUD Dr. Hasri Ainun Habibie Prov. Gorontalo. Saya ingin berbagi tentang bagaimana saya terpapar virus covid-19 dan upaya saya untuk survive menghadapi virus tersebut sampai dinyatakan sembuh.

Saya seorang ASN, bekerja di instansi pemerintah yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, apalagi di bulan Juni dan Juli dimana ada program penerimaan peserta didik baru yang melibatkan banyak orang dan dari banyak kalangan. 

Saya tidak tahu dimana saya terpapar virus ini; tetapi sebagai pembanding saya mungkin orang yang paling menaati protokol, di dalam tas saya ada 2 hand sanitizer; yang jelly dan yang spray, 2 masker yang saya ganti setiap 4 jam, dan 2 botol minyak kayu putih yang sering saya oleskan ke hidung dan lidah saya. Di dalam mobil saya punya set yang sama seperti yang ada di tas saya. Saya menjaga jarak dan selalu cuci tangan ketika masuk ke kantor atau ke tempat umum lainnya.

Pertanyaan yang ditanyakan ke saya adalah kenapa anda terpapar?; jawaban yang saya peroleh dari diskusi dengan beberapa orang baik dokter maupun perawat bahwa mungkin disaat saya sangat capek, imun sementara rendah dan pada saat itu juga saya lalai melaksanakan protokol kesehatan, saya bertemu dengan carriercarrier bisa saja orang yang kelihatan sehat tapi dia membawa virus dan dia tidak merasakan/menyadarinya (kita menyebutnya dengan orang tanpa gejala) atau orang yang sakit tapi dia merasa bahwa sakitnya biasa saja, “hanya flu biasa saja” sehingga dia tidak terlalu memperdulikan (ini butuh tes berupa swab untuk membuktikan jika dia sudah terpapar atau tidak).

Intinya adalah kepedulian, kita harus benar-benar aware dengan kesehatan kita dan selalu mengikuti protokol kesehatan. Karena ketika kita terpapar kita bisa saja menjadi pembawa virus ke orang lain baik dengan gejala maupun tanpa gejala. Dan yang terpapar bisa siapa saja, mungkin kawan sejawat, orang ketemu di jalan, bahkan sangat mungkin keluarga kita sendiri. Jadi yang kita lakukan adalah peduli, jangan menjadi ignorant dan membawa virus kemana-mana.

Ada beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya baik oleh sahabat, teman, keluarga bahkan tenaga medis.

Pertanyaan 1

Apa yang anda rasakan ketika terpapar virus covid-19? Gejala yang saya rasakan adalah panas, badan tidak enak sampai dengan hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa saya 100% untuk beberapa hari. Sangat payah terasa saat itu makanan tak berasa, penciuman yang merangsang nafsu makan tak ada, serta badan yang panas dan tidak turun panasnya walaupun sudah minum obat panas. Saya bisa ganti baju berkali-kali karena keringat yang sangat banyak (padahal saya berada di kamar yang ber AC). Kata dokter ini tanda utamanya (penciuman dan perasa hilang total).

Pertanyaan 2 

Kenapa anda melakukan swab? Pertanyaan ini bukan hanya muncul dari kalangan non medis bahkan tenaga medis menanyakan hal ini juga. Ketika panas yang tak kunjung turun dan indra perasa serta penciuman saya hilang saya merasa takut, was was karena saya sudah membaca gejala umum Covid-19. Saya bermusyawarah dengan keluarga dan kami “karena ketidaktahuan kami” meminta swab mandiri (harganya cukup mahal, padahal Dinas Kesehatan menyediakan layanan ini) apalagi saya minta beberapa item untuk di cek termasuk DBD dan Typus.

Kami memutuskan untuk swab dengan pertimbangan sakit yang saya derita dan saya tidak ingin membahayakan keluarga dekat, lingkungan dan orang-orang disekitar saya, sehingga saya butuh memastikan kondisi yang sebenarnya agar saya tidak menjadi carrier covid-19 untuk orang lain.

Pertanyaan 3 

Kenapa anda masuk ke rumah sakit walaupun hasil swab belum keluar? Pada hari saya di swab dan diambil darah untuk tes, hari itu juga pada sore harinya hasil tes darah saya keluar dengan hasil saya punya sedikit gejala DBD. Saya bermusyawarah lagi dengan keluarga, saran mereka saya masuk Rumah Sakit (RS). 

Sebelum masuk RS oleh pihak RS saya diminta untuk rapid test dan diberi opsi apabila hasil rapid saya reactive maka saya tidak akan di rawat di RS itu tapi diberi 3 pilihan dirujuk ke RSAS,  ke RSUD Ainun atau Rawat Jalan. Waktu itu hasil Rapid test  saya non reactive dan bisa di rawat di RS tersebut.

Tapi pihak RS juga melakukan tes yang lain karena saya menyampaikan ke Pihak RS bahwa saya sudah melakukan swab dengan alasan seperti yang saya ungkapkan diatas, oleh pihak RS saya di rontgen dan hasilnya menunjukan paru-paru saya kabur (padahal saya tidak merokok). Hasil inilah yang membawa saya ke RSUD Ainun. Atas permintaan saya dan keluarga kami minta untuk dirujuk ke RSUD Ainun.

Saya masuk ke RSUD Ainun pukul 02.00 dini hari pada tanggal 25 Juli 2020, diterima di tenda untuk pemeriksaan awal, dan menunggu untuk diisolasi. Berbagai pikiran muncul pada saat itu, gambaran tentang ruang isolasi yang membuat saya takut, wajah-wajah saudara, teman sejawat bahkan pimpinan silih berganti dengan tagline “bagaimana kalau saya benar-benar positif?”. Saya benar-benar takut baik oleh treatment yang akan saya jalani maupun pandangan orang terhadap saya. Alhamdulillah selama sakit Istri saya mendampingi, dia berusaha untuk menenangkan saya.

Setelah pemeriksaan di tenda, saya diantarkan ke ruang isolasi, dimana pasien dalam pengawasan diisolasi di ruang itu. Alhamdulillah Ruang Isolasinya tidak menakutkan sama sekali sebuah ruangan besar namun bersih; bahkan fasilitas kamar mandi sangat bagus saya merasa tenang ditambah tenaga Nakes yang melayani kami sangat ramah dan bersahabat; walaupun mereka berada dibalik APD terasa betul empati dan pelayanan tulus mereka untuk kami.

Tanggal 28 hasil swab mandiri saya keluar; saya ditelpon oleh pihak yang melakukan swab dan Dokter dari Gugus Covid untuk mengkonfirmasi hasil swab tersebut katanya saya positif; saya lemas, bingung dan berbagai rasa yang tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata; tapi Alhamdulillah istri saya menenangkan saya, dia  bilang ke saya bukankah waktu kita melakukan swab  itu kita sudah siap sampai dititik ini? Hari ini kita hadapi ini dengan ikhlas, hadapkan wajah kepada Allah minta kepadanya kesembuhan. Saya seperti ditampar dan tersadar; Ada Allah tempat bersandar dan meminta.

Saya pindah ruangan dan ketemu dengan seorang dokter yang sangat gamblang menjelaskan tentang covid-19 karena beliau juga sudah terpapar dan Alhamdulillah sudah dinyatakan sembuh. Beliau sampaikan ke saya bahwa virus ini nyata walaupun tidak bisa dilihat dan benar virus ini belum ada obatnya. 

Belum ada obatnya tapi kami bisa sembuh? Kok bisa? Dokter tersebut menjelaskan bahwa ketika virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh (imun) kita harus kuat untuk melawannya sehingga yang disediakan oleh pengobatan medis adalah meningkatkan imunitas bagi yang telah terpapar virus ini sehingga virus tersebut mati, jika saya tidak salah menarik kesimpulan virus ini menyerang pada sistem pernapasan kita sehingga paru-paru saya harus di rontgen..

Menyadari kita dalam keadaan sakit akan sangat mudah untuk membantu kita melakukan perawatan, selama di RSUD Ainun saya diberi makanan yang bergizi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh saya, obat yang diberikan biasa saja seperti penurun panas, antibiotic, batuk atau penyakit bawaan lainnya. Selebihnya adalah makan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

Tapi jika lalai dan tidak peduli, virus ini dapat membuat kita menderita bahkan sampai kepada kematian. Tetap ikhtiar dan dan saling menjaga dengan melakukan protokol kesehatan.

Kesadaran kita terhadap bahaya virus ini sangat penting untuk menyelamatkan diri kita sendiri dan orang disekitar kita. Kita harus menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa virus ini bukan hoax dan kita perlu menjaga diri kita dan orang lain dari virus ini dengan berperilaku sesuai protokol kesehatan. Saya saja yang merasa sudah begitu menjaga protokol kesehatan bisa terpapar dikarenakan pada saat tertentu kita bisa saja terjebak di ruang publik yang tidak bisa kita hindari karena kebutuhan sosial atau pekerjaan. Kita harus punya kesadaran yang sama untuk saling menjaga satu sama lain. Karena setiap kita berpotensi terpapar atau menjangkitkan virus kepada orang lain.

Selama dalam Perawatan di RSUD Ainun saya sangat merasakan begitu beratnya pekerjaan Tenaga Kesehatan. Tapi mereka tetap saja melakukannya karena tugas, empati dan peduli. Makanya saya menyebut mereka sebagai Pahlawan dan Pejuang untuk nyawa yang lain.

Ketika mereka memakai APD maka selama 8 jam mereka tidak bisa membuka APD tersebut walau untuk kebutuhan pribadi seperti makan, minum dan buang air. Sebagian mereka bahkan memakai pampers untuk kebutuhan pribadi mereka tersebut sungguh suatu pengorbanan yang luar biasa. Saya melihat mereka yang memakai kacamata dibalik APDnya, sangat kesulitan karena kacamatanya berembun dan embunya tidak bisa dihapus, tapi ketika mereka mereka berhadapan dengan kami binar mata mereka menunjukan harapan dan hati yang tulus.

Pakaian APD mereka bukan hanya dipakai seperti baju yang dipakai dan dilepas tapi setelah di pakai masih juga di balut dengan semacam lakban agar lebih kuat. Saya yang menyaksikan secara langsung apa yang mereka lakukan merasa pengabdian saya belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang mereka lakukan. (Salam takzim untuk setiap Tenaga Kesehatan yang bertugas kalian luar biasa…..).

Apa yang harus kita lakukan supaya kita terhindar atau sembuh dari Covid 19? Pertama, kita harus menjaga protokol kesehatan agar semua orang bisa terhindar dari virus ini. Masker, cuci tangan, hand sanitizer, mandi setelah sampai ke rumah dari berpergian dan tindakkan lain untuk menjaga kebersihan. Kedua, konsumsi buah-buahan terutama yang mengandung vit C, mengkonsumsi Madu dan sari kurma juga sangat bagus untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ketiga sering-sering minum air hangat akan lebih baik jeruk nipis hangat. Keempat sering-sering menggunakan minyak Kayu Putih; saya sangat merasakan manfaatnya disaat perawatan kemarin, oleskan ke dalam hidung dan oleskan juga di atas lidah insya Allah sangat membantu apabila kita batuk dan merasa sesak napas.

Alhamdulillah saya sudah dinyatakan sembuh dari covid 19 pada tanggal 4 Agustus 2020. Penyakit ini bukan aib dan tidak perlu takut untuk melapor ke fasilitas kesehatan terdekat bila kita merasa sakit dan memiliki ciri-ciri Covid. Yang harus kita takutkan adalah jangan sampai gejala ini memburuk dan berakibat fatal hingga merenggut nyawa atau jika tak berdampak buruk ke diri kita (otg) paling tidak kita tidak akan menulari dan membahayakan org2 disekitar kita (keluarga, tetangga, teman kantor dll).

Saya ingin juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pimpinan saya atas semua support yang diberikan kepada saya selama menjalani perawatan. Juga untuk teman-teman sejawat yang Alhamdulillah bisa menerima keadaan saya ketika saya menyampaikan di WAG-WAG yang saya tergabung didalamnya, dukungan doa dari teman-teman sejawat saya sungguh luar biasa bahkan menjadi energi dan motivasi untuk sembuh. Ketakutan saya terhadap pandangan negatif teman-teman saya hilang berganti semangat untuk sembuh karena dukungan semua orang sangat dibutuhkan disaat seperti itu.

Terima Kasih

John (JRH) – 05 Agustus 2020

Terima kasih kepada Bapak Gubernur Gorontalo selaku Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo yang telah menyediakan fasilitas kesehatan yang sangat baik dan representatif seperti RSUD Dr. Hasri Ainun Habibie.

Apresiasi khusus dan setinggi-tingginya kepada Nakes penanganan Covid-19 RSUD Dr. Hasri Ainun Habibie Prov. Gorontalo. Teruslah bekerja dengan hati dan pelayanan Prima kalian Hebat dan luar biasa.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Perkembangan Covid Indonesia

Jadwal Sholat

jadwal-sholat Masehi Hijriyah

jadwal-sholat